Permasalahan Semantik di Kehidupan Sehari-hari
Asri
syahfariani
Semantik merupakan cabang dari
tata bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa, dan semantik. Semantik
diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari makna. Yakni mempelajari
makna yang terkandung dalam suatu lafal kata serta kolerasi yang meliputi
sebuah makna itu sendiri. Maksudnya hubungan dalam hal padanan makna, lawan
makna, banyaknya makna, serta yang meliputi baik dalam tataran fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik itu sendiri. Karena mengingat, makna itu
pada hakikatnya itu umum dan bisa menyentuh semuanya. Dengan kata lain,
semantik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda dalam bahasa.
Kata semantik sebenarnya merupakan
istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna. Istilah ini merupakan
istilah baru dalam bahasa Inggris. Para ahli bahasa memberikan pengertian
semantik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara
tanda-tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal-hal yang ditandainya
(makna). Istilah lain yang pernah digunakan hal yang sama adalah semiotika,
semiologi, semasiologi, dan semetik. Pembicaraan tentang makna kata pun menjadi
objek semantik. Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para
ahli memiliki perbedaan dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang
berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan disiplin ilmu
linguistik yang amat luas cakupannya.
Tak siapapun menyangkal peran penting bahasa dalam
kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat saling berkomunikasi dan
mengembangkan ilmu pengetahuan serta kebudayaan dalam rangka membangun
peradaban yang lebih baik. Bahasa menyimpan seluruh warisan peradaban manusia.
Pencarian makna sejarah suatu bangsa, misalnya, dilalui lewat bahasa, sebab ke
dalam bahasalah bangsa tersebut menitipkan seluruh pesan, harapan, cita-cita
dan pengalaman hidup mereka bagi generasi berikutnya.
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik berkaitan dengan
bahasa tulis maupun lisan. Salah ucap
kata-kata yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang begitu jelas terjadi bukan
hanya di kalangan kelas bawah, tetapi juga elit. Misalnya, publik diucapkan
pablik, pasca dibaca paska, musyawarah dilafalkan musyawaroh, Arab diucapkan
Arob, klien diucapkan klain, sukses dibaca sakses, produk dibaca prodak, faks
dibaca feks, psikologi diucapkan saikoloji, dapat dibaca dapet, semakin
dilafalkan semangkin dan masih banyak lagi yang lain. Salah ucap istilah asing
yang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia malah lebih banyak lagi.
Inilah cermin konkret perilaku berbahasa masyarakat kita.
Menurut
Kridalaksana (1999: 12), pengetahuan mengenai asal usul kata berikut ucapannya
memang tidak harus dimiliki oleh setiap orang, tetapi bahasa manapun di dunia
ini mempunyai konvensi lafal yang menjadi salah satu rambu kerjasama sosial.
Untuk melafalkan unsur-unsur bahasa tidak diperlukan pengetahuan etimologi,
karena sudah tersedia kamus yang siap untuk dirujuk setiap saat. Lafal yang
tepat itu ibarat pakaian rapi yang memberi suasana nyaman dalam pergaulan manusia
yang santun.
Jadi
dari apa yang sudah dipaparkan tadi di harapkan anda dapat memahami maksudnya
yang minimal kita dapat memahami sedikit dari ilmu semantik untuk dapat memahami
kesalahan-kesalahan bahasa dan memperbaikinya dari bahasa yang lazim digunakan
sehari-hari.
No comments:
Post a Comment