Novel sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata
dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Di antaranya dapat memberikan
pengalaman pengganti kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan
pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang
universal. Pengalaman yang universal itu tentunnya sangat berkaitan dengan
hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah
perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, politik, sosial,
pendidikan, dan sebagainya. Tidak hanya itu, kiranya novel dengan segala
permasalahan yang universal itu ternyata menarik juga untuk dikaji. Bahkan
tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya. Apalagi jika novel itu
dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di dalam
kelas. Novel yang saya kaji adalah sebuah novel yang berjudul Gadis Kretek Karya Ratih Kumala. Pada
awalnya judul novel ini menarik dan unik untuk dibaca sehingga terpilih untuk
saya apresiasi. Menurut saya novel ini dipilih bukan tanpa pertimbangan atau
alasan sebab novel ini memiliki keistimewaan dibandingkan dengan novel – novel
karangan pengarang terkenal lainnya. Keistimewaan novel ini menunjukkan
kekuatan perempuan atas dunia yang dipikir hanya dikuasai oleh laki-laki. Novel
ini sangat baik Jadi, dengan mempelajari novel berarti mahasiswa diajak untuk
mempelajari manusia, lingkungannya dan tidak mempermasalahkan gender sebagai
penghalang dalam peluang berbisnis; dalam hal ini bisnis kretek itu sendiri.
Novel ini menceritakan seorang pengusaha kretek Pak
Raja. Diceritakan Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama
perempuan yang bukan istrinya; Jeng Yah. Tiga anaknya Lebas, Karim, dan Tegar,
pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang ibu pun terbakar cemburu
terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Maka
berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan Tegar pergi ke pelosok Jawa
untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang Ayah. Gadis Kretek
tidak sekedar bercerita tentang cinta dan pencarian jati diri para tokoh, Gadis Kretek juga akan membawa kita
dengan perkembangan industri kretek di Indonesia. Kaya akan wangi tembakau.
Sarat dengan aroma cinta.
Unsur-unsur Intrinsik
1.
Tema
Gadis
Kretek adalah sebuah novel karya Ratih Kumala yang
bertemakan tentang percintaan dalam persaingan di bidang bisnis kretek. Kisah
cinta segitiga diantara dua perusahaan kretek di sebuah kota kecil di daerah
Jawa dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan dan perkembangan
industry kretek di Indonesia.
2.
Alur
dan Pengaluran
Novel yang terdiri dari 15 bab ini
menggunakan pengaluran maju dan disisipi cerita masa lalu atau flashback. Hal ini dapat
diketahui sebab pengarang menguraikan peristiwa dan kejadian bahkan konflik
secara kronologis. Dari peristiwa atau kejadian pertama kemudian di susul
dengan peristiwa-peristiwa
selanjutnya.
Dari masing-masing bab memiliki jalan cerita yang membawa
kita ke masa lalu dan saat ini. Alur cerita dalam novel ini berawal dari
persaingan bisnis dalam industri kretek tak tertinggal juga persaingan cinta
antara kedua sahabat yang menjadi pesaing ini membuat suasana semakin tegang.
Dimulai dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan.
Kutipan :
“
Nama itu kontan membangunkan hantu masa lalu yang aku tak pernah tahu pernah
ada. Hantu yang dikubur rapat-rapat oleh ibuku bertahun-tahun silam…” (hal.1)
“Romo
hanya bercerita, kalau dulu ia berkelahi dengan seseorang,dan orang itu membawa
semprong petromaks yang kemudian dihantamkan ke kepalanya...”(hal.13)
“melihat
tubuh Romo yang roboh, membuatku teringat pada masa laluku yang sebenarnya
belum terlalu lama…”(hal.15)
“Jeng
Yah dimana Romo?”
“terakhir ketemu di Kudus. Dulu…
waktu kamu belum lahir…”(hal.15)
“Dia memang selalu serius, dari dulu
bahkan sampai usia segini. Sejak kecil, Tegar sudah diajak Romo ke
pabrik…”(hal.33)
“yo wes, besok berangkat… naik pesawat
dulu ke Semarang nanti aku suruh sopir jemput kamu di Semarang buat ke
Kudus…”(hal.17)
“di
kepalaku mulai terdengar sebaris lirik lagu yang selalu menyertaiku ketika
dalam perjalanan darat,sambil berdoa aku bisa menembak sasaran lebih cepat dari
bayanganku sendiri.”(hal.19)
“Pagi
berganti, Tegar masih berusaha menghubungi Lebas. Kali ini diangkat,…”(hal.30)
1.
Setting
a.
Waktu
-
Siang
hari
“siang
Idroes Moeria pulang, membawa sejumlah hafalan bentuk-bentuk huruf abjad di
kepalanya, sambil terus melaju sepedanya.” (hal. 60)
-
Malam
hari
“malam
itu Idroes Moeria tak bisa tidur. Diluar hujan,meski sesiangan tadi suasana
cerah.”(hal. 54)
b.
Tempat
Novel ini dibuat dengan
latar/tempat kota M, Kudus, Jakarta, dari periode penjajahan Belanda hingga
kemerdekaan.
2.
Tokoh/Perwatakan
1. Jeng
Yah
Jeng Yah/Dasiyah adalah
gadis yang baik hati dan dia seorang pelinting kretek gadis yang terkenal pada
masanya, dan Jeng Yah adalah gadis yang dicari-cari dalam cerita ini. Karakter
Jeng Yah dalam cerita ini adalah gadis yang tekun, rajin, dan patuh terhadap
perintah kedua orang tuanya. Jeng Yah menjadi teka-teki yang dicari dalam kisah
pencarian ketiga bersaudara Lebas, Tegar dan karim, seperti kutipan berikut
ini; “saya Karim,ini kakak saya Mas Tegar, dan adik saya Lebas.”
“ada yang bisa saya
bantu?”
“kami kesini mau
mencari Jeng Yah.”
“oh Jeng Yah. Sebentar
ya,mari masuk” (hal. 255)
2. Romo/Soeraja
Soeraja adalah seorang
pemilik pabrik rokok Kretek Djagat Raja,kretek yang merajai pasar pada masa
itu. Soeraja berkarakter tegas dan tak ragu dalam mengambil keputusan.
Persaingan produksi kretek yang mendominasi cerita dalam novel ini membuat
kisah cinta Soeraja semakin jelas. Ayah dari Lebas,Karim dan Tegar ini sakit,
dan ingin bertemu dengan Jeng Yah, seperti kutipan berikut ini;
“iya aku mimpi Jeng
Yah. Apa ibumu tahu aku ngelindur Jeng Yah?”
“Tahu.” “Romo pengin
ketemu Jeng Yah?”
“iya… tapi jangan bilang-bilang
ibumu, ya. Ibumu pasti marah.”(hal. 15)
3. Ibu/Purwanti
Purwanti adalah anak
dari buah cinta Soejagad dengan istrinya, persaingan antara produksi kretek
orangtuanya yang dilanjutkan oleh suaminya Soeraja. Ibu dari Karim, Lebas, dan
Tegar memiliki karakter pencemburu dan sensitif, adapun kutipannya;
“Aku yang memelihara
dia sakit, perempuan itu yang dipanggil-panggil!” omel ibu, mulutnya
miring-miring dan monyong-monyong saking kesalnya.”
4. Idroes
Moeria
Idroes Moeria pada
awalnya hanya seorang buruh linting klobot yang bertekad untuk mempersunting
Roemaisa, karakternya yang gigih dan tekun dalam bekerja membuat ia dan teman
sepermainannya bersaing baik dalam hal percintaan maupun bisnis.
5. Roemaisa
Roemaisa adalah gadis
incaran Soejagad dan Idroes Moeria, Roemaisa adalah gadis baik hati yang di
idam-idamkan para pria, namun cintaya hanya untuk Idreos Moeria. Kesetiaan
cintanya terbukti saat ia ditinggal suaminya yang di tangkap penjajah Jepang
pada masa itu. Kesetiaannya ter cermin pada kutipan berikut;
“jangan pernah dekati
aku lagi! Aku bukan rondo!” ucap
Roemaisa pada Djagad yang mencoba untuk merayunya.
6. Soejagad
Memiliki sifat yang
ingin menang sendiri dan mengambil ide orang lain, seperti dalam kutipan
“klobot saya lebih baik
dari klobot kamu, memang itu dalah idemu, tapi aku yang lebih baik dari kamu”
Bentak Soejagad.
7. Lebas
Lebas bersifat baik
hati, perhatian dan pantang menyerah, sifatnya terbukti pada kutipan berikut:
“janganlah kau sakiti
wanita itu, perlakuanmu kepada wanita itu kurang pantas”
“saya sangat optimis
dengan film yang sedang kami garap ini, tolonglah beri saya kesempatan untuk
memperlihatkan keberhasilan saya”
8. Tegar
Tegar kakak dari Lebas
dan Karim yang dipercaya romonya untuk jadi penerus bisnis Kreteknya. Sifatnya
yang tegas dan patuh terhadap aturan, seperti dalam kutipan
“Kita sukseskan pabrik
yang sudah bersejarah ini, tinggalkanlah hobimu membuat film itu”tegasnya.
“hanya saya yang diberi
tahu oleh romo mengenai resep klobot, maka dari itu saya sangat semangat dengan
pebrik ini.”
9. Karim
Karim memiliki sifat
dewasa dan selalu melerai ketika Tegar dan Lebas, seperti dalam kutipan
“hey, saat ini kita
fokus untuk mencari Jeng Yah demi romo yang sedang sekarat, tolong jangan
berkelahi disaat seperti ini” sanggah Karim
3.
Gaya
bahasa
Gaya bahasa yang
dipergunakan pengarang menarik , mudah di fahami dan banyak menggunakan
istilah-istilah dan guyonan dalam bahasa jawa. Seperti kutipan-kutipan dibawah
ini.
“ kamu seperti Rara Mendut,idhu-mu legi.” Ludah yang
manis.”
“
takkira kowe ra bakal bali mrene, Le.
Wes penak ning Jakarta.”
“
takpikir jeneng kuwi ra entuk disebut ning kene.” Mbok
Marem nyerocos kaget dengan bahasa Jawa.
“
4.
Sudut
pandang
Sudut pandang dalam
novel “Gadis Kretek” menggunakan sudut pandang pandang eksternal karena
mengguanakan kata ganti orang ketiga.
5.
Amanat
Amanat
yang ingin disampaikan penulis adalah menunjukkan kekuatan perempuan di atas
dunia yang dipikir hanya dikuasai oleh laki-laki dalam bidang berbisnis di
industri kretek.
Unsur Ekstrinsik
1.
Biografi Pengarang
Ratih
Kumala lahir di Jakarta , tahun 1980. Ia telah menerbitkan beberapa karya
fiksi, di antaranya Tabula Rasa
(novel, 2004), Genesis (novel, 2009),
Larutan Senja (kumpulan cerpen,
2006), dan Kronik Betawi (novel,
2009). Gadis Kretek adalah karyanya
yang ke-5. Jika Kronik Betawi ide
dasarnya diambil dari akar keluarga almarhum papahnya, maka Gadis Kretek diambil dari akar keluarga
mamahnya. Tak hanya fiksi, ia juga menulis scenario untuk televise. Ia tak
pernah alpa percaya bahwa dirinya adalah oenulis professional yang bisa menulis
(dan mempelajari) genre tulisan apa pun. Kini Ratih hidup di Jakarta bersama
suaminya yang juga penulis, Eka Kurniawan, serta putrid mereka, Kidung Kinanti
Kurniawan. Ia bisa dikunjungi di http://ratihkumala.com, dan sapa ia di akun
twitter @ratihkumala.
2.
Nilai
Budaya
Nilai
budaya yang ada dalam novel ini banyak diambil dari daerah-daerah dijawa,
seperti kutipan berikut yang menjelaskan tentang tradisi-tradisi yang rutin
dilakukan dilingkungan mereka; “ tradisi di kota M, selama tujuh malam sang
ayah menjaga ari-arinbayinya, bapak-bapak seputar kampong kumpul di rumah si
empunya bayi baru dan lek-lek’an.
Keluarga si empunya bayi wajib menyiapkan segala macam penganan dan kretek
untuk warga yang datang. Jadilah, sesiangan, ibunda Roemaisa dan ibu mertuanya,
juga dibantu beberapa ibu-ibu tetangga membuat beragam makanan kecil.” Tradisi
tersebut dilakukan selama tujuh hari tujuh malam pada kelahiran seorang bayi di
daerah tersebut.
3.
Nilai
Sejarah
Nilai
sejarah dalam novel ini terkandung jelas dalam kutipan berikut:
“Teriak
kemerdekaan dilantangkan siapa saja di mana saja. Sebuah berita baru memang
membuat penduduk Kota M bersemangat: Soekarno dan Hatta telah menjadi presiden
dan wakil presiden pertama Indonesia, sedang Sjahrir sebagai perdana mentri.
Orang-orang Kota M mengelu-elukan nama Bung Karno dan Bung Hatta sebagai orang
yang telah memerdekakan Indonesia. Istilah baru yang kemudian populer pun
muncul:’Proklamator.’ “
Kalau nilainya ada lagi nggak kak?
ReplyDeleteStruktur
ReplyDeleteStrukturnyaa kak
ReplyDelete