Saturday, January 25, 2014

Analisis Gadis Kretek

Novel sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunnya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, politik, sosial, pendidikan, dan sebagainya. Tidak hanya itu, kiranya novel dengan segala permasalahan yang universal itu ternyata menarik juga untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya. Apalagi jika novel itu dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di dalam  kelas. Novel yang saya kaji adalah sebuah novel yang berjudul Gadis Kretek Karya Ratih Kumala. Pada awalnya judul novel ini menarik dan unik untuk dibaca sehingga terpilih untuk saya apresiasi. Menurut saya novel ini dipilih bukan tanpa pertimbangan atau alasan sebab novel ini memiliki keistimewaan dibandingkan dengan novel – novel karangan pengarang terkenal lainnya. Keistimewaan novel ini menunjukkan kekuatan perempuan atas dunia yang dipikir hanya dikuasai oleh laki-laki. Novel ini sangat baik Jadi, dengan mempelajari novel berarti mahasiswa diajak untuk mempelajari manusia, lingkungannya dan tidak mempermasalahkan gender sebagai penghalang dalam peluang berbisnis; dalam hal ini bisnis kretek itu sendiri.
Novel ini menceritakan seorang pengusaha kretek Pak Raja. Diceritakan Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama perempuan yang bukan istrinya; Jeng Yah. Tiga anaknya Lebas, Karim, dan Tegar, pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang ibu pun terbakar cemburu terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Maka berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan Tegar pergi ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang Ayah. Gadis Kretek tidak sekedar bercerita tentang cinta dan pencarian jati diri para tokoh, Gadis Kretek juga akan membawa kita dengan perkembangan industri kretek di Indonesia. Kaya akan wangi tembakau. Sarat dengan aroma cinta.
Unsur-unsur Intrinsik
1.      Tema
Gadis Kretek adalah sebuah novel karya Ratih Kumala yang bertemakan tentang percintaan dalam persaingan di bidang bisnis kretek. Kisah cinta segitiga diantara dua perusahaan kretek di sebuah kota kecil di daerah Jawa dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan dan perkembangan industry kretek di Indonesia.
2.      Alur dan Pengaluran
Novel yang terdiri dari 15 bab ini menggunakan pengaluran maju dan disisipi cerita masa lalu atau flashback. Hal ini dapat diketahui sebab pengarang menguraikan peristiwa dan kejadian bahkan konflik secara kronologis. Dari peristiwa atau kejadian pertama kemudian di susul dengan peristiwa-peristiwa selanjutnya.
Dari masing-masing bab memiliki jalan cerita yang membawa kita ke masa lalu dan saat ini. Alur cerita dalam novel ini berawal dari persaingan bisnis dalam industri kretek tak tertinggal juga persaingan cinta antara kedua sahabat yang menjadi pesaing ini membuat suasana semakin tegang. Dimulai dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan.
Kutipan :
“ Nama itu kontan membangunkan hantu masa lalu yang aku tak pernah tahu pernah ada. Hantu yang dikubur rapat-rapat oleh ibuku bertahun-tahun silam…” (hal.1)
“Romo hanya bercerita, kalau dulu ia berkelahi dengan seseorang,dan orang itu membawa semprong petromaks yang kemudian dihantamkan ke kepalanya...”(hal.13)
“melihat tubuh Romo yang roboh, membuatku teringat pada masa laluku yang sebenarnya belum terlalu lama…”(hal.15)
“Jeng Yah dimana Romo?”
“terakhir ketemu di Kudus. Dulu… waktu kamu belum lahir…”(hal.15)
“Dia memang selalu serius, dari dulu bahkan sampai usia segini. Sejak kecil, Tegar sudah diajak Romo ke pabrik…”(hal.33)
yo wes, besok berangkat… naik pesawat dulu ke Semarang nanti aku suruh sopir jemput kamu di Semarang buat ke Kudus…”(hal.17)
“di kepalaku mulai terdengar sebaris lirik lagu yang selalu menyertaiku ketika dalam perjalanan darat,sambil berdoa aku bisa menembak sasaran lebih cepat dari bayanganku sendiri.”(hal.19)
“Pagi berganti, Tegar masih berusaha menghubungi Lebas. Kali ini diangkat,…”(hal.30)
1.      Setting
a.      Waktu
-          Siang hari
“siang Idroes Moeria pulang, membawa sejumlah hafalan bentuk-bentuk huruf abjad di kepalanya, sambil terus melaju sepedanya.” (hal. 60)
-          Malam hari
“malam itu Idroes Moeria tak bisa tidur. Diluar hujan,meski sesiangan tadi suasana cerah.”(hal. 54)
b.      Tempat
Novel ini dibuat dengan latar/tempat kota M, Kudus, Jakarta, dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan.

2.      Tokoh/Perwatakan
1.      Jeng Yah
Jeng Yah/Dasiyah adalah gadis yang baik hati dan dia seorang pelinting kretek gadis yang terkenal pada masanya, dan Jeng Yah adalah gadis yang dicari-cari dalam cerita ini. Karakter Jeng Yah dalam cerita ini adalah gadis yang tekun, rajin, dan patuh terhadap perintah kedua orang tuanya. Jeng Yah menjadi teka-teki yang dicari dalam kisah pencarian ketiga bersaudara Lebas, Tegar dan karim, seperti kutipan berikut ini; “saya Karim,ini kakak saya Mas Tegar, dan adik saya Lebas.”
“ada yang bisa saya bantu?”
“kami kesini mau mencari Jeng Yah.”
“oh Jeng Yah. Sebentar ya,mari masuk” (hal. 255)

2.      Romo/Soeraja
Soeraja adalah seorang pemilik pabrik rokok Kretek Djagat Raja,kretek yang merajai pasar pada masa itu. Soeraja berkarakter tegas dan tak ragu dalam mengambil keputusan. Persaingan produksi kretek yang mendominasi cerita dalam novel ini membuat kisah cinta Soeraja semakin jelas. Ayah dari Lebas,Karim dan Tegar ini sakit, dan ingin bertemu dengan Jeng Yah, seperti kutipan berikut ini;
“iya aku mimpi Jeng Yah. Apa ibumu tahu aku ngelindur Jeng Yah?”
“Tahu.” “Romo pengin ketemu Jeng Yah?”
“iya… tapi jangan bilang-bilang ibumu, ya. Ibumu pasti marah.”(hal. 15)

3.      Ibu/Purwanti
Purwanti adalah anak dari buah cinta Soejagad dengan istrinya, persaingan antara produksi kretek orangtuanya yang dilanjutkan oleh suaminya Soeraja. Ibu dari Karim, Lebas, dan Tegar memiliki karakter pencemburu dan sensitif, adapun kutipannya;
“Aku yang memelihara dia sakit, perempuan itu yang dipanggil-panggil!” omel ibu, mulutnya miring-miring dan monyong-monyong saking kesalnya.”

4.      Idroes Moeria
Idroes Moeria pada awalnya hanya seorang buruh linting klobot yang bertekad untuk mempersunting Roemaisa, karakternya yang gigih dan tekun dalam bekerja membuat ia dan teman sepermainannya bersaing baik dalam hal percintaan maupun bisnis.

5.      Roemaisa
Roemaisa adalah gadis incaran Soejagad dan Idroes Moeria, Roemaisa adalah gadis baik hati yang di idam-idamkan para pria, namun cintaya hanya untuk Idreos Moeria. Kesetiaan cintanya terbukti saat ia ditinggal suaminya yang di tangkap penjajah Jepang pada masa itu. Kesetiaannya ter cermin pada kutipan berikut;
“jangan pernah dekati aku lagi! Aku bukan rondo!” ucap Roemaisa pada Djagad yang mencoba untuk merayunya.

6.      Soejagad
Memiliki sifat yang ingin menang sendiri dan mengambil ide orang lain, seperti dalam kutipan
“klobot saya lebih baik dari klobot kamu, memang itu dalah idemu, tapi aku yang lebih baik dari kamu” Bentak Soejagad.

7.      Lebas
Lebas bersifat baik hati, perhatian dan pantang menyerah, sifatnya terbukti pada kutipan berikut:
“janganlah kau sakiti wanita itu, perlakuanmu kepada wanita itu kurang pantas”
“saya sangat optimis dengan film yang sedang kami garap ini, tolonglah beri saya kesempatan untuk memperlihatkan keberhasilan saya”

8.      Tegar
Tegar kakak dari Lebas dan Karim yang dipercaya romonya untuk jadi penerus bisnis Kreteknya. Sifatnya yang tegas dan patuh terhadap aturan, seperti dalam kutipan
“Kita sukseskan pabrik yang sudah bersejarah ini, tinggalkanlah hobimu membuat film itu”tegasnya.
“hanya saya yang diberi tahu oleh romo mengenai resep klobot, maka dari itu saya sangat semangat dengan pebrik ini.” 

9.      Karim
Karim memiliki sifat dewasa dan selalu melerai ketika Tegar dan Lebas, seperti dalam kutipan
“hey, saat ini kita fokus untuk mencari Jeng Yah demi romo yang sedang sekarat, tolong jangan berkelahi disaat seperti ini” sanggah Karim
3.      Gaya bahasa
Gaya bahasa yang dipergunakan pengarang menarik , mudah di fahami dan banyak menggunakan istilah-istilah dan guyonan dalam bahasa jawa. Seperti kutipan-kutipan dibawah ini.
“ kamu seperti Rara Mendut,idhu-mu legi.” Ludah yang manis.”
takkira kowe ra bakal bali mrene, Le. Wes penak ning Jakarta.”
“ takpikir jeneng kuwi ra entuk disebut ning kene.” Mbok Marem nyerocos kaget dengan bahasa Jawa.
4.      Sudut pandang
Sudut pandang dalam novel “Gadis Kretek” menggunakan sudut pandang pandang eksternal karena mengguanakan kata ganti orang ketiga.

5.      Amanat
Amanat yang ingin disampaikan penulis adalah menunjukkan kekuatan perempuan di atas dunia yang dipikir hanya dikuasai oleh laki-laki dalam bidang berbisnis di industri kretek.
Unsur Ekstrinsik
1.       Biografi Pengarang
Ratih Kumala lahir di Jakarta , tahun 1980. Ia telah menerbitkan beberapa karya fiksi, di antaranya Tabula Rasa (novel, 2004), Genesis (novel, 2009), Larutan Senja (kumpulan cerpen, 2006), dan Kronik Betawi (novel, 2009). Gadis Kretek adalah karyanya yang ke-5. Jika Kronik Betawi ide dasarnya diambil dari akar keluarga almarhum papahnya, maka Gadis Kretek diambil dari akar keluarga mamahnya. Tak hanya fiksi, ia juga menulis scenario untuk televise. Ia tak pernah alpa percaya bahwa dirinya adalah oenulis professional yang bisa menulis (dan mempelajari) genre tulisan apa pun. Kini Ratih hidup di Jakarta bersama suaminya yang juga penulis, Eka Kurniawan, serta putrid mereka, Kidung Kinanti Kurniawan. Ia bisa dikunjungi di http://ratihkumala.com, dan sapa ia di akun twitter @ratihkumala.

2.      Nilai Budaya
Nilai budaya yang ada dalam novel ini banyak diambil dari daerah-daerah dijawa, seperti kutipan berikut yang menjelaskan tentang tradisi-tradisi yang rutin dilakukan dilingkungan mereka; “ tradisi di kota M, selama tujuh malam sang ayah menjaga ari-arinbayinya, bapak-bapak seputar kampong kumpul di rumah si empunya bayi baru dan lek-lek’an. Keluarga si empunya bayi wajib menyiapkan segala macam penganan dan kretek untuk warga yang datang. Jadilah, sesiangan, ibunda Roemaisa dan ibu mertuanya, juga dibantu beberapa ibu-ibu tetangga membuat beragam makanan kecil.” Tradisi tersebut dilakukan selama tujuh hari tujuh malam pada kelahiran seorang bayi di daerah tersebut.

3.      Nilai Sejarah
Nilai sejarah dalam novel ini terkandung jelas dalam kutipan berikut:

“Teriak kemerdekaan dilantangkan siapa saja di mana saja. Sebuah berita baru memang membuat penduduk Kota M bersemangat: Soekarno dan Hatta telah menjadi presiden dan wakil presiden pertama Indonesia, sedang Sjahrir sebagai perdana mentri. Orang-orang Kota M mengelu-elukan nama Bung Karno dan Bung Hatta sebagai orang yang telah memerdekakan Indonesia. Istilah baru yang kemudian populer pun muncul:’Proklamator.’ “

3 comments: